Bagaimana Canda Rasulullah SAW dengan Istrinya?
DIASUH OLEH USTAZ DR ONI SAHRONI; Anggota Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
Assalamu’alaikum wr wb.
Saya ingin mengetahui tuntunan tentang bercanda antara suami dan istri. Bagaimana Rasulullah SAW bercanda dengan istrinya dalam keseharian beliau? Mohon penjelasan Ustaz. -- Hanafi, Depok
Wa’alaikumussalam wr wb.
Salah satu kewajiban suami terhadap istrinya adalah menciptakan suasana yang nyaman dan happy, terutama saat di rumah. Oleh karena itu, salah satu cara yang dicontohkan Rasulullah SAW adalah suami mempunyai kemampuan untuk mengajak canda istri sehingga ia bisa tersenyum semringah dan senang.
Syekh ‘Athiyah Saqr dalam Mausu’ah al-Usrah Tahta Ri’ayah al-Islam (Juz 3 hal 108) menjelaskan bahwa prinsip canda suami kepada istri itu dibolehkan, sesuai dengan sunah serta kebiasaan Rasulullah SAW. Bahkan, bagian dari keniscayaan, dan bagian dari fitrah manusia serta tuntutan realitas.
Karena saat wanita dipinang atau dinikahi suaminya maka suami menjadi satu-satunya pendamping setelah ia tidak lagi bersama orang tua dan saudaranya. Dan karena canda akan membuat hati setiap istri semakin sayang dan cinta kepada suami serta semakin kangen dan membangun chemistry terhadap suami.
Sesungguhnya candaan antara suami dan istri itu bukan termasuk lahwun (permainan) yang menghabiskan waktu dan melalaikan
Sesungguhnya candaan antara suami dan istri itu bukan termasuk lahwun (permainan) yang menghabiskan waktu dan melalaikan.
Sebagaimana hadis Rasulullah SAW, "Setiap aktivitas yang menyebabkan seseorang lalai itu dikategorikan bathil, kecuali ia memanah dengan busurnya, ia melatih kudanya, ia bercanda dengan istrinya, karena aktivitas tersebut adalah kebenaran" (HR Ahmad dari Uqbah bin Amir, dan disebutkan al-Baghawi dalam Mashabih as-Sunnah, dan empat imam penulis sunan. Al-Iraqi mengatakan; hadits ini idhthirab [al-Ihya 2/252]).
Menurut salah satu riwayat dari Atha bin Rabah, “Setiap hal yang bukan bagian dari mengingat Allah SWT adalah aktivitas yang sia-sia (la'b dan lahw) kecuali empat perkara: berjalan di antara dua target (latihan untuk menghadapi musuh), melatih kudanya, bercanda dengan keluarga, dan mengajarkan renang" (HR ath-Thabrani dengan sanad yang baik, at-Targhib 2/101).
Syekh ‘Athiyah Saqr memberikan contoh-contoh canda Rasulullah SAW terhadap istrinya (Syekh ‘Athiyah Saqr menukil dari Al-Ihya 3/110, Al-Aqdul Barid 1/205, al-Adab al-Hamisyil Aqdi 1/165).
Di antara contoh-contoh canda yang telah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW sebagai suami terhadap istrinya adalah sebagai berikut.
Pertama, cerita dalam hadis Rasulullah SAW, "Dari ‘Aisyah RA, ia meriwayatkan bahwa ia mengambil daging yang ada dalam tulang dengan mulutnya. Kemudian daging tersebut diambil oleh Rasulullah SAW dengan cara meletakkan mulut Rasulullah SAW di mulut ‘Aisyah. Sebagaimana ‘Aisyah juga meriwayatkan bahwa saat ia meminum dari bejana, kemudian Rasulullah SAW mengambilnya dan meletakkan mulut Rasulullah SAW di mulut ‘Aisyah, kemudian meminumnya.” (HR Muslim 3/210, 2111. Dan dalam tafsir Ibnu Katsir 379, al-Mawahib al-Laduniyah 1/296).
Kedua, cerita dalam hadis Rasulullah SAW, "Dan diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersandar di pangkuan ‘Aisyah pada saat ia haid" (HR Muslim 3/211).
Syekh ‘Athiyah Saqr menukil penjelasan Ibnu Qayyim, "Bahwa Rasulullah SAW bersimpuh duduk di atas paha ‘Aisyah sambil--Rasulullah SAW--membaca Alquran dan kepalanya di atas ‘Aisyah dan mungkin ia dalam kondisi haid. Dan Ibnu al-Qayyim juga menyebutkan bahwa Rasulullah SAW dan ‘Aisyah itu saling mendorong pada saat mereka keluar dari rumah ...." (Syeikh ‘Atihyah Saqr menukil dari Zaadul Ma'ad, 1/38).
Ketiga, cerita dalam hadis Rasulullah SAW, "Dari 'Aisyah RA bahwa ia pernah bersama Nabi SAW dalam suatu perjalanan, ia berkata, 'Kemudian aku berlomba dengan beliau, lalu aku mendahului beliau dengan berjalan kaki. Kemudian setelah gemuk, aku berlomba dengan beliau kemudian beliau mendahuluiku.' Beliau berkata, 'Ini menggantikan kekalahan pada perlombaan terdahulu.'" (HR Abu Dawud).
Sesuai dengan hadis tersebut, Rasulullah SAW dan ‘Aisyah melakukan perjalanan dengan berjalan kaki, kemudian berlomba-lomba berjalan cepat. Pada kali pertama, ‘Aisyah menjadi pemenang. Ia lebih dulu mendahului Rasulullah SAW. Namun, pada kali kedua, Rasulullah SAW menjadi pemenang karena lebih cepat.
Kisah ini tidak hanya sekadar menggambarkan adu jalan cepat, tetapi romantisme rumah tangga Rasulullah SAW bersama ‘Aisyah dan salah satu petunjuk komunikasi dan canda Rasulullah SAW dengan ‘Aisyah.
Keempat, cerita dalam hadis Rasulullah SAW, "Pada saat Jabir menikahi seorang janda, Rasulullah SAW mengatakan kepadanya, 'Mengapa tidak dengan gadis yang mana ia bisa bermain denganmu dan kamu bermain dengannya'” (Sebagaimana diriwayatkan al-Bukhari Muslim).
Kelima, cerita dalam hadis Rasulullah SAW, "'Aisyah RA pernah ditanya apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW saat ia dan 'Aisyah RA berdua di rumahnya. ‘Aisyah RA menjawab, 'Rasulullah SAW itu sosok yang lembut, tersenyum, dan semringah.'" Sebagaimana diriwayatkan Ibnu Sa’ad dan lainnya (az-Zarqani ‘ala al-Mawahib 4/262).
Cerita sahabat dan hadis Rasulullah SAW, "Adalah sahabat Zaid bin Tsabit termasuk pribadi yang semringah atau paling santai pada saat di rumah bersama keluarganya, tetapi ia sosok yang tegas pada saat di tengah masyarakatnya." (Asad al-Ghabah--terjemahannya) .... Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang paling baik akhlaknya dan yang paling lemah lembut terhadap keluarganya” (HR Tirmidzi dan al-Hakim yang ia sahihkan dari sahabat ‘Aisyah RA. Imam at-Tirmidzi menyampaikan hadis ini hasan).
Wallahu a’lam.